“Sebelum apapun, persiapan adalah kunci untuk meraih kesuksesan” ~Alexander Graham Bell
Semua kegiatan yang penting membutuhkan persiapan sebelum memulainya. Seperti orang yang merencanakan traveling ataupun mengadakan pesta pasti memiliki planning sebelum memulainya. Tidak hanya penting, persiapan merupakan suatu keharusan untuk berhasil dalam melakukan sebuah kegiatan ataupun untuk menghindari dari masalah yang tidak diinginkan. Tanpa adanya persiapan, suatu kegiatan akan berjalan dengan tidak teratur dan akan terjadi hal-hal buruk diluar perkiraan. Begitu juga dalam berinvestasi, orang normal tidak boleh terjun langsung tanpa adanya persiapan. Bila orang biasa terjun langsung ke dalam dunia investasi tanpa adanya persiapan hal itu akan membawa penyesalan di kemudian hari. Iming-iming imbal hasil dari investasi tidak dibarengi oleh edukasi yang baik sehingga yang terjadi bukannya untung malah menjadi buntung.
Persiapan Adalah Jalan Menuju Kesuksesan
Dunia investasi sangatlah kejam! Pasar tidak memperdulikan status, kekayaan ataupun gelar semuanya memiliki kesempatan mengambil imbal hasil yang sama. Tentu saja hal yang saya bicarakan disini adalah tentang return investasi dalam persen dan tentu saja orang yang memiliki modal besar dapat mempermainkan pasar. Namun mempermainkan pasar adalah tindakan ilegal sehingga secara legal sebenarnya semua orang memiliki kesempatan meraih imbal hasil yang sama. Orang yang memiliki modal milyaran bisa kehilangan seluruh hartanya dan orang yang berinvestasi hanya dengan uang jutaan bisa melipatgandakan modalnya hingga tak terhingga.
Dibalik iming-iming imbal balik hasil investasi ada resiko yaitu “Investasi dapat menyebabkan kepanikan, kecanduan, gangguan pikiran serta kehilangan modal”. Jadi sebelum berinvestasi orang harus sudah mengetahui tentang bahaya tersebut. Namun seringkali banyak orang yang tidak mengetahuinya dan terjun ke dalam dunia investasi hanya bermodalkan uang. Hasilnya dapat ditebak, modal yang nilainya sebesar apapun akan habis jika tidak diimbangi oleh edukasi dan tata pengelolaannya. Banyak saham-saham yang mencatatkan kinerja yang jelek sehingga bertengger di level gocap alias 50 rupiah. Jangan harap 50 rupiah adalah harga terendah di bursa. Di pasar negosiasi banyak saham yang diperdagangkan dibawah level 50. Itu sungguh hal yang mengerikan.
Berikut adalah hal-hal untuk mencegah skenario terburuk itu terjadi:
1. Pahami Risiko
Ini adalah hal yang sangat penting karena risiko setiap instrumen investasi berbeda-beda. Ada yang berisiko tinggi dan adapula yang berisiko rendah. Obligasi terutama obligasi pemerintah memiliki risiko yang lebih rendah ketimbang saham namun deposito memiliki risiko yang lebih rendah daripada obligasi. Risiko yang besar diidentifikasikan akan memberikan return yang besar pula dan pernyataan itu ada benarnya. Walaupun berisiko tinggi, saham memberikan imbal hasil paling tinggi dalam dunia investasi dalam jangka panjang namun nilainya bisa berubah menjadi nol ketika perusahaan dibalik saham tersebut delisting secara paksa ataupun karena bangkrut. Sebaliknya berinvestasi di barang komoditas dalam artian membeli secara real produknya memberikan return yang kecil namun harganya tidak mungkin menjadi nol karena komoditas memiliki nilai yang nyata pada kehidupan.
2. Tetapkan Horizon atau Jangka Waktu Investasi
Setiap instrumen investasi memiliki horizon investasi efektif yang berbeda-beda. Horizon investasi efektif ini adalah return investasi dilihat dari jangka waktunya. Instrumen Obligasi memberikan return yang bagus dalam jangka pendek yakni dibawah 5 tahun. Dalam jangka pendek tersebut harga obligasi relatif lebih stabil dibandingkan saham. Kendati obligasi dapat mengalahkan saham yang sedang lesu namun secara jangka panjang obligasi kalah. Return saham jauh lebih besar daripada obligasi dalam jangka waktu lebih dari 5 tahun. Itu karena saham mengikuti pertumbuhan dari perusahaannya. Bila ekonomi bertumbuh biasanya banyak perusahaan mencetak kenaikan laba dan ini adalah pendongkrak harga saham tersebut. Namun dibalik imbal hasilnya yang besar saham juga mencetak penurunan yang besar ketika krisis dan tidak ada orang yang tahu kapan krisis itu akan datang secara pasti. Oleh karena itu tetapkan horizon investasi sesuai dengan kebutuhan karena anda pasti tidak ingin ketika ingin menarik dana tapi portofolio sedang hancur lebur. Pilihlah deposito atau obligasi untuk jangka pendek dan saham untuk jangka panjang