Salah satu penghalang bagi seseorang untuk sukses dalam finansial adalah kepercayaannya yang salah terhadap uang. Faktanya banyak mitos tentang uang yang banyak tersebar di berbagai media sehingga orang-orang memiliki mindset yang kurang bagus terhadap keuangannya dan mitos tersebut dapat memberikan efek yang buruk pada finansial anda baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam artikel ini akan dijelaskan mengenai mitos tentang keuangan yang kemungkinan akan berlawanan dengan kepercayaan banyak orang.
1. Menyewa Tempat Tinggal Sama Saja Membuang Uang
Apakah anda merasa menghabiskan uang untuk makan adalah membuang uang? Bagaimana dengan membeli bahan bakar untuk kendaraan anda? Semua dari pengeluaran tersebut adalah sesuatu yang anda gunakan dan tidak memiliki nilai untuk ditinggalkan namun merupakan sebuah kebutuhan untuk menjalankan aktvitas sehari-hari. Uang untuk sewa jatuh pada kategori yang sama, ibaratnya adalah anda membeli sebuah jasa yang menyediakan anda tempat tinggal, anda mengeluarkan uang untuk jasa dan jasa tersebut akan sulit anda temukan secara gratis bila anda tidak memiliki keluarga.
Walaupun anda memiliki rumah anda tetap “membuang uang” pada pengeluaran seperti pajak, bunga cicilan (yang sepertinya akan lebih besar dibandingkan anda menyewa) dan berbagai macam biaya seperti listrik, air dan biaya pemeliharaan (biaya yang besar apabila ada bagian rumah yang rusak). Faktanya dalam 5 tahun pertama sebenarnya pembayaran cicilan anda akan lebih berat di bunga. Sebagai contohnya pada jangka waktu 30 tahun untuk pinjaman sebesar Rp 2,5 milyar dengan bunga 7%, 60 pembayaran anda yang mana dicicil setiap bulan menjadi 5 tahun adalah sebesar Rp 1 milyar. Dalam jumlah tersebut anda akan “membuang uang” sebesar Rp 850 juta untuk membayar bunga bank saja.
2. Anda Mendapatkan Apa yang Anda Bayar
Barang yang lebih mahal tidak selalu memiliki kualitas yang lebih baik. Obat generik tetap efektif dibandingkan obat yang kandungannya sama dengan brand yang lebih terkenal. Rumah seharga Rp 1 milyar yang disita oleh bank dan dijual seharga Rp 900 juta kemungkinan masih memiliki nilai Rp 1 milyar. Bila saham Astra turun secara mendadak suatu hari karena investor panik pada kondisi pasar secara umum, Astra tidak tiba-tiba menjadi perusahaan yang jelek.
Meskipun seringkali terdapat sebuah korelasi antara harga dan kualitas, ini tidak menjadi korelasi yang selalu terjadi. Mungkin coklat seharga Rp 30.000 lebih enak dibandingkan yang seharga Rp 10.000 tapi bukan berarti yang seharga Rp 100.000 terasa jauh lebih enak dibandingkan dengan yang harga Rp 30.000. Ketika menentukan nilai sebuah barang, lihat pada harga yang terpasang dan analisa indikator nilai yang sebenarnya. Apakah harganya jauh lebih mahal dibandingkan barang dengan kualitas yang sama? Apakah rumah itu dirawat dengan baik dan memiliki lokasi di pusat keramaian? Lalu anda akan mengetahui kapan membayar untuk harga yang lebih tinggi apakah setimpal dan kapan tidak setimpal (dan anda akan mengetahui prinsip Benjamin Graham tentang Value Investing juga)
3. Saya Tidak Memiliki Cukup Uang Untuk Berinvestasi
Memang benar beberapa broker atau sekuritas mensyaratkan anda untuk memiliki jumlah uang minimal untuk berinvestasi pada sebuah jenis investasi atau membuka akun. Namun, bila anda menunggu untuk memenuhi salah satu syarat minimum tersebut anda akan frustrasi dan memiliki kesulitan untuk mencapai tujuan anda. Di zaman sekarang ini, sangatlah mudah untuk mulai berinvestasi dengan uang yang sedikit berkat adanya sistem online. Berinvestasi saham bisa dimulai dari Rp 100 ribu saja. Serta sangatlah mudah untuk berinvestasi reksadana yang bisa dilakukan juga secara online. Bahkan membeli emas sekarang bisa dengan sistem online yakni membeli emas secara virtual dan bila sudah terkumpul banyak bisa diubah menjadi bentuk fisik.
Biaya transaksi juga menjadi sangat murah dimana anda membeli saham hanya dikenakan biaya sebesar 0,1-0,2% setiap pembelian dan 0,2-0,3% setiap penjualan. Seringkali karena saking murahnya biaya fee membeli saham di Indonesia, kebanyakan orang Indonesia menjadi sering melakukan trading saham. Meskipun demikian jika dilakukan dalam frekuensi yang besar dan dalam jangka panjang maka biaya transaksi ini dapat mengurangi imbal hasil investasi anda.
4. Kepemilikan Rumah Adalah Investasi yang Terbaik
Seperti semua jenis investasi, kepemilikan rumah juga memiliki risiko yang mana nilai investasi anda dapat berkurang nilainya. Meskipun merupakan hal umum secara statistik bahwa nilai properti meningkat dengan sejalannya inflasi atau lebih setiap tahun namun tidak semua properti akan meningkat harganya secara demikian. Faktanya, kemungkinan terjadi suatu kejadian yang menyebabkan rumah kehilangan nilainya yang mana apabila anda menjualnya anda harus menerima kerugiannya. Hal ini terjadi pada krisis moneter di tahun 1998 dimana banyak harga barang yang jatuh tak terkecuali properti karena tidak kondusifnya perekonomian dan keamanan dalam negeri. Bila harga properti tidak kembali ke harga pembelian maka jalan satu-satunya untuk tidak menerima kerugian adalah terus memilikinya hingga meninggal dan mewariskannya.
Bahkan dalam kondisi tertentu seperti pindah kerjaan, perceraian, terkena penyakit dan meninggalnya anggota keluarga dapat memaksa anda untuk menjual rumah ketika harga turun terutama ketika ingin menjualnya secara cepat. Dan bila harga rumah anda meningkat secara drastis, itu merupakan hal yang bagus, tapi bila anda tidak ingin pindah ke pasar rumah yang berbeda (kota yang berbeda), keuntungannya tidak akan sangat berarti kecuali anda membeli rumah yang lebih kecil (downsize) karena anda harus mengeluarkan semua modal untuk membeli rumah baru. Memiliki rumah adalah suatu tanggung jawab yang besar dan ada banyak jalan lain yang lebih mudah dibandingkan berinvestasi pada properti. Jadi jangan membeli rumah kecuali anda tertarik dengan keuntungannya yang lain.
5. Lebih Baik Membelanjakan Uang Daripada Mendiamkan Uang
Kebanyakan orang berpikir bahwa uang yang ada di tabungan sangat tidak berguna apabila tidak dibelanjakan. Oleh karena itu mereka membeli berbagai macam barang baru atau sesuatu keinginan yang sebenarnya tidak begitu mereka butuhkan karena pemikiran seperti ini. Hal ini justru bertolak belakang pada prinsip membangun kekayaan yaitu dengan menyimpan uang atau aset. Barang yang dibeli nilainya akan sangat jatuh setelah dipakai yang biasa disebut depresiasi dan kebanyakan orang menghiraukan hal ini. Berbeda dengan nilai barang, nilai uang jauh lebih konstan kendati terdapat inflasi. Barang seperti mobil bisa terdepresiasi lebih dari -20% di tahun pertama pemakaian sedangkan uang terdepresiasi pada inflasi yang mana nilainya jauh lebih rendah. Selain itu dengan memiliki uang cadangan maka jika terjadi suatu musibah akan terdapat solusi untuk mengatasinya. Bila tidak terdapat dana darurat maka orang akan terpaksa menjual benda miliknya yang mana nilainya akan jauh lebih kecil karena terdesak untuk menjual uang. Kendati menyimpan uang lebih baik namun akan lebih baik lagi apabila diinvestasikan sehingga hasilnya meningkat.
6. Uang Tidak Tumbuh Seperti Pohon
Ada pepatah mengatakan “Money doesn’t grow on trees” namun sejatinya uang pun bisa bertumbuh layaknya sebuah pohon, faktanya uang itu sendiri berasal dari pohon. Uang kertas yang memiliki nilai terbesar berasal dari pohon karena memang terbuat dari kertas. Dan seperti halnya pohon maka uang juga dapat bertumbuh. Seorang investor dapat menumbuhkan dan melipatgandakan uangnya dengan investasi. Bila ia berinvestasi sebesar Rp 10 juta dan 5 tahun kemudian nilainya menjadi Rp 100 juta bukankah hal itu disebut bertumbuh? Selayaknya sebuah pohon yang tingginya 1 meter lalu menjadi 5 meter dalam beberapa tahun, uang mengalami proses yang sama.
7. Anda Harus Bekerja Untuk Mendapatkan Uang
Kalimat ini tidak selalu terjadi di kehidupan nyata kebanyakan orang kaya justru mendapatkan sebagian besar kekayaannya dengan tidak bekerja atau sedikit bekerja. Mereka menciptakan sistem yang dapat menghasilkan uang tanpa mereka harus bekerja. Uang itu sendiri merupakan sebuah alat yang dapat digunakan untuk mendapatkan uang dengan mempekerjakannya. Alih-alih bekerja untuk mendapatkan uang, orang-orang kaya mempekerjakan uang mereka. Sebagai contoh adalah ketika anda membeli sebuah surat hutang sebesar Rp 1 milyar yang memiliki kupon bunga sebesar 8% maka anda akan mendapatkan Rp 80 juta dalam setahun sebelum dikenai pajak secara cuma-cuma. Dalam dunia saham juga demikian, jika membeli sebuah saham yang memiliki dividen yield sebesar 8% dan harganya meningkat +8% dalam setahun maka keuntungannya berlipat ganda. Itulah mengapa investor legendaris Indonesia yang bernama Lo Kheng Hong mengatakan bahwa ia mendapatkan keuntungannya ketika tidur.
8. Saya Masih Muda, Saya Tidak Perlu Khawatir Menyiapkan Untuk Masa Pensiun
Waktu untuk pensiun yang masih lama membuat banyak generasi muda menyepelekan dan lengah terhadap pensiun. Bahkan hal itupun sering terjadi pada orang di umur 40-an, dan hal tersebut sangat berbahaya jika dibiarkan. Menyiapkan masa pensiun merupakan hal yang cukup berat untuk dilakukan dan membutuhkan persiapan sedini mungkin. Kabar baiknya adalah jika horizon masa pensiun masih lama maka waktu ada di pihak anda. Dengan compound interest maka menyiapkan masa pensiun atau kebebasan finansial menjadi lebih mudah. Seseorang yang mulai menabung dan mendapatkan bunga ketika mereka muda tidak perlu menabung banyak uang untuk mendapatkan hasil akhir yang sama dibandingkan dengan yang menabung di kemudian hari. Butuh waktu puluhan tahun untuk menghasilkan nilai yang besar agar masa pensiun anda berkualitas. Semakin dini seseorang berinvestasi maka akan semakin dini pula orang itu akan mencapai bebas finansial.
9. Investasi di Emas Sangat Menguntungkan
Salah satu mitos tentang investasi adalah membeli emas selalu terlihat menguntungkan. Padahal pada kenyataannya emas sama halnya dengan komoditas lain seperti minyak bumi, batu bara dan logam mulia lain yang harganya naik turun seiring berjalannya waktu. Karena faktor keterbatasannya, warna dan sifatnya sebagai logam mulia emas sangat dihargai terutama ketika terjadi krisis, emas menjadi sebuah instrumen investasi yang aman. Namun yang lucu adalah sebenarnya jika terjadi krisis yang sangat hebat seperti Apocalypse maka emas pun tidak akan bernilai karena yang dibutuhkan adalah makanan, minuman dan tempat tinggal yang aman untuk bertahan hidup, tidak ada yang ingin menukarnya dengan emas yang hanya bersifat untuk perhiasan. Dr. Jeremy Siegel meneliti bahwa dalam jangka waktu yang sangat panjang berinvestasi pada emas justru kalah dengan berinvestasi pada paper aset seperti surat hutang dan saham. Hal itu karena emas hanyalah berbentuk fisik dan tidak memberikan imbal hasil nyata seperti bunga atau dividen. 1 Kg emas yang disimpan 100 tahun yang lalu akan tetap 1 Kg emas sedangkan bila menginvestasikan bunga atau dividen kembali maka akan mendapatkan efek compound interest. Kendati demikian emas menghasilkan imbal investasi yang bagus dalam beberapa puluh tahun terakhir namun bukan berarti menjadikannya investasi terbaik.
10. Pendapatan Naik Pengeluaran Juga Harus Naik
Kebanyakan orang ketika mendapatkan promosi dan pendapatannya naik lalu gaya hidupnya juga ikut naik. Hal inilah yang membuat mereka kesulitan untuk menyisihkan pendapatan. Bila dalam keadaan berkecukupan sejatinya ketika pendapatan naik pengeluaran juga tidak perlu naik karena toh masih tetap dapat menikmati hidup. Sisa dari kenaikan pendapatan dapat menjadi kontribusi portofolio investasi yang baru. Bila memang tergiur untuk menikmati kenaikan pendapatan maka kenaikan pengeluaran jangan menyamai kenaikan pendapatan. Misalnya apabila terdapat kenaikan pendapatan sebesar +20% maka kenaikan pengeluaran hanya +10%, sisanya untuk tambahan kontribusi dari rencana finansial jangka panjang anda. Bila pengeluaran mengikuti kenaikan pendapatan maka tidak akan tercapai target finansial secara jangka panjang seperti persiapan pensiun. Berpikirlah seperti perusahaan dimana ketika pendapatan naik, pengeluaran atau biaya tetap ditekan sehingga menghasilkan laba bersih yang lebih besar untuk ekspansi di kemudian hari. Jika gaya hidup mengikuti orang lain atau orang yang lebih di atas, maka hal itu tidak akan pernah selesai karena pasti ada orang yang lebih diatasnya dan tidak akan terbebas dari jebakan rat race.
Kesimpulan
Hanya karena sebuah kepercayaan yang umum dan semua orang melakukannya bukan berarti itu benar. Jadi bila anda mendengarkan sesuatu tentang uang atau keuangan analisalah kembali sebelum mengikutinya. Mitos keuangan hanya akan menjadi penghalang kesuksesan bila anda mempercayainya.