Jangan Main Saham, Berpikirlah Bisnis Saham – Ketika kita pertama kali mendengar tentang saham pasti kita pernah mendengar istilah main saham. Rupanya pemikiran ini sudah sangat melekat di benak para pelaku saham terutama yang ingin mendapatkan keuntungan dari capital gain. Orang-orang berpikir bahwa saham adalah barang yang diperdagangkan dengan harga yang berubah setiap hari. Tapi gambaran saham tersebut secara real masih banyak yang belum mengetahui.
Lebih lanjut: Apa itu Saham?
Bila anda belum mengetahui arti saham sesungguhnya maka yang ada di mindset hanyalah main saham. Dan ketika mindset sudah menjadi main saham yang ada hanyalah main-main saja, tidak jauh berbeda dengan berjudi. Dalam jangka pendek saham hanyalah perjudian, dan orang yang melakukan jual beli saham dalam jangka pendek terutama harian tidaklah berbeda dengan penjudi. Peter Lynch juga pernah menyinggung tentang ini.
Peter Lynch – “Saham lebih mudah diprediksi dalam jangka waktu 10-20 tahun. Memprediksi mau naik atau turun dalam jangka waktu dua atau tiga tahun, kau lemparkan saja sebuah koin untuk menentukannya”
Bahkan dalam jangka waktu dua sampai tiga tahun saja Peter Lynch masih sulit memprediksi apalagi dalam jangka harian. Peter Lynch menyatakan hal itu karena ada saham yang stagnan dalam beberapa tahun tapi langsung melejit di tahun berikutnya ataupun saham yang turun dalam lalu melakukan rebound hingga mencetak nilai tertinggi yang baru. Bagi Peter Lynch acuan utamanya adalah fundamental dari perusahaannya karena Peter Lynch menganggap saham sebagai bisnis begitu juga Warren Buffett.
“Saya adalah seorang investor yang hebat karena saya adalah seorang pebisnis dan pebisnis yang hebat karena saya adalah seorang investor”~Warren Buffett.
Sebenarnya memang seharusnya melihat saham sebagai bisnis karena saham adalah bukti kepemilikan perusahaan dan perusahaan adalah sebuah instrumen bisnis. Banyak yang tidak tahu mengenai ini dan banyak pula yang terjun hanya bermodalkan chart. Ketika kita melihat saham sebagai bisnis maka pola pikir kita akan berubah.
Kita yang tadinya hanya mementingkan jangka pendek dengan cepat-cepat menjual ketika sudah untung lalu akan berubah menjadi berhorizon jangka panjang dengan mempertahankan saham perusahaan tersebut, selama bisnisnya masih berjalan dengan baik.Sebenarnya menganggap saham sebagai bisnis itu sangat simpel. Saya akan mencoba menjelaskannya.
Ketika kita membeli saham kita termasuk sebagai salah satu pemilik perusahaan tersebut meskipun kita hanyalah pemilik minoritas yang tidak memiliki eksistensi yang signifikan. Perusahaan ini akan saya ibaratkan dengan hal lain misalnya sebuah toko. Ketika misalnya kita memiliki sebuah toko dan toko itu kita rasa memiliki prospek yang cerah yang terbukti dengan barang dagangan yang cepar terjual, omset yang meningkat setiap tahun,
keuntungan pun meningkat tiap tahun dan ketika anda membuka toko yang kedua, toko kedua itupun juga sama larisnya dengan sebelumnya. Lantas apakah anda akan menjualnya? Bagi pebisnis yang handal dia tidak akan menjualnya karena dia tahu dari dua toko tersebut dia bisa melipat gandakan menjadi puluhan hingga ratusan toko berantai yang sukses di masa depan.
Begitupula perusahaan, seiring waktu perusahaan juga berusaha memperbesar kerajaan bisnisnya yang sering disebut dengan ekspansi dan pemegang sahamnyalah yang akan menikmati pertumbuhan perusahaan itu.
Oleh karena itu dengan mindset berpikir bahwa saham adalah bisnis merupakan pemikiran yang tepat dan sudah terbukti di Indonesia pebisnis-pebisnis yang memiliki perusahaan yang tercatat sahamnya di BEI namun tidak menjual kepemilikan sahamnya yakni seperti Budi Hartono, Anthony Salim dll.
Budi Hartono memiliki kepemilikan yang besar di Bank BCA dan dia terus memegangnya dari zaman mendirikannya hingga sekarang. Beliau tidak pernah tergiur untuk mencairkan sahamnya karena mungkin beliau berpikir Bank BCA memiliki potensi untuk naik berkali-kali lipat asetnya di masa depan.
Semoga artikel ini menambah wawasan anda dalam berinvestasi!